Penerbit Harus Fokus pada 4 Pilar Bisnis Media

[IMG:img-4178-edit.jpeg]

Serikat Perusahaan Pers (SPS) Pusat menyelenggarakan Round Table Discussion bertema “Mencari Solusi Mengatasi Problematika Media Cetak”. Diskusi yang rencananya akan diselenggarakan di lima kota itu, diawali dari Jogjakarta, pada Rabu (15/10/2014) bertempat di Hotel The Rich Sahid. Sebanyak 12 Pimpinan Perusahaan Pers dari wilayah Jawa Tengah dan Jogjakarta, hadir menjadi peserta aktif diskusi ini.

Direktur Eksekutif SPS Pusat Asmono Wikan yang membuka acara ini bertindak sebagai moderator menjelaskan Round Table Discussion yang diselenggarakan dimaksud untuk mengurai persoalan-persoalan mendasar dan kontemporer industri media cetak, agar masa depan industri ini terus tumbuh dengan baik. “Hasil dari kegiatan ini akan disampaikan dalam forum Kongres XXIV Serikat Perusahaan Pers (SPS) Februari 2015 mendatang, supaya mendapat pengesahan dan pada akhirnya menjadi pedoman untuk dilaksanakan bagi seluruh anggota SPS,” kata Asmono.

Diskusi ini menghadirkan Indra Sihombing, Direktur Unlimited Media Training sebagai narasumber. Dalam diskusi ini, Indra berbagi pengetahuan tentang bagaimana membangun industri media yang sehat melalui empat pilar bisnis media, meliputi konten, sirkulasi, readership, dan iklan. Menurutnya, jika ingin bisnis media terus berlanjut dan mencetak keuntungan, maka keempat bidang tersebut harus didukung dengan tim kuat dan kompeten.

Para peserta mengungkapkan sejumlah permasalahan, mulai dari sirkulasi media cetak yang makin menurun, efektivitas iklan, profesionalisme jurnalis, hingga persaingan pasar sesama penerbit media cetak. Masih menurut Indra, salah satu penyebab utama mundurnya kualitas bisnis media cetak yakni pengelolaan empat pilar pokok bisnis media yang tidak dilakukan dengan baik, tidak terintegrasi, atau terpisah satu dengan yang lain.

Oleh karena itu media perlu melakukan audit untuk mengenali kekuatan dan kelemahannya, sehingga dapat menjadi pijakan bagi pengembangan ke depan. Seberapa kuat konten, pemasaran, iklan, dan readership-nya. Berapa lama waktu yang dihabiskan pembaca untuk membaca media, berapa halaman yang dibaca, efektifkah media tersebut untuk beriklan,  itulah beberapa pertanyaan yang didalami dalam diskusi ini. “Media merupakan segmen yang jelas dengan ukuran yang diminati dan dibaca. Konsep readership harus dipelajari agar pembaca tetap tertarik dengan media anda. Pengiklan butuh media yang memiliki audiens yang jelas,” katanya.

Di sessi terakhir diskusi, Sekretaris Jenderal SPS Pusat Ahmad Djauhar ikut bergabung dalam forum. Ia berbagi pengalaman tentang tren terbaru dalam newsroom global, diantaranya tren dari segi gender di level eksekutif media, native advertising yang dinilai mengaburkan antara berita dan iklan, dan kecenderungan global transformasi platform media dari sekadar go online menuju go mobile.***