Diskusi Perkembangan Industri Media Cetak - Adem Ayem di Era yang Berubah

[IMG:pemimpin-perusahaan-sinar-tani-haryanto-saat-menghadiri-diskusi-di-kantor-sps-pu.jpeg]

Kualitas konten dan inovasi dari segi iklan menjadi beberapa hal isu utama di industri tabloid tanah air. Namun tak semua begitu, Tabloid Sinar Tani punya fakta mengejutkan tentang kondisi bisnis tabloid mereka. Hal ini terungkap dalam sesi focus group discussion yang menghadirkan sejumlah perwakilan tabloid pada Kamis (07/03/2013). Acara ini diadakan Divisi Riset Serikat Perusahaan Pers (SPS) Pusat sebagai salah satu sarana untuk mengaudit kondisi dan perkembangan industri pers terkini.

“Tabloid wanita itu banyak sekali, persaingan dari segi konten itu sangatlah terasa. Akhirnya Wanita Indonesia (WI) memiliki pakem WI mengangkat gossip tapi bukan dari sisi negatif. Tabloid WI harus punya kreativitas dalam menyajikan angle suatu peristiwa,” kata Redaksi Pelaksana Tabloid Wanita Indonesia Aryani I. dalam diskusi tersebut.

Selain dari sisi konten, para pelaku industri di sektor ini pun tengah menghadapi tantangan bagaimana menarik pengiklan yang dirasakan semakin sulit belakangan ini. “Kita harus mencari cara kreatif,” kata Editor Tabloid Nakita Soesanti Harini.

Namun demikian, hal ini tak berlaku bagi Tabloid Sinar Tani. Tabloid yang satu ini punya pangsa pasar yang sangat spesifik, yaitu para petani dan pelaku di dunia pertanian. Tak banyak yang tahu mungkin, pasalnya menurut pemimpin perusahaannya Haryanto, Sinar Tani memang fokus pada daerah-daerah dan kota kecil di seluruh Indonesia.

Walau begitu, jangan salah. Soal iklan tabloid ini tak boleh dipandang remeh. “Iklan tidak pernah berkurang bahkan sampai antri. Pengiklan biasanya berasal dari produk pertanian, dan bahkan pemerintah yang menyentuh kepada masyarakat. Kebanyakan adalah iklan berupa sosialisasi program pemerintah,” kata Haryanto.

Saking banyaknya pengiklan yang berminat, jadilah halaman-halaman Sinar Tani dipenuhi beragam iklan dan sosialisasi pemerintah. “Sinar Tani dapat menjadi media komunikasi antara pemerintah dengan masyarakat di pedesaan,” ucap Haryanto. Dengan jumlah pembaca sebanyak 35 ribu (28 ribu adalah petani yang berlangganan), tabloid ini mengutamakan tiras yang luas dibanding harga eceran yang mahal.

Soal media digita, Sinar Tani memang beda dari yang lain. Saat media cetak berduyun-duyun megembangkan portal digitalnya, Sinar Tani adem ayem saja. Soalnya kata Haryanto pembaca mereka malah mengeluhkan digital atau online yang sulit diakses. ahp